Oleh : Irfan Nurkholis
28 Juli 2017
Dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan gagasan saya mengenai ketiga hal tersebut dalam judul. Ketiganya merupakan istilah yang saya gunakan secara pribadi. Oleh sebab itu saya sebaiknya menjelaskan terlebih dahulu mengenai ketiga hal tersebut untuk memberi batasan mengenai apa maksud dari pembahasan tersebut.
Ketiga hal di atas, menurut saya, merupakan tiga hal yang berbeda namun memiliki hubunngan. Di antara ketiganya, Matematika dan Geometri mungkin sering dikatakan sama atau lebih tepatnya Geometri adalah cabang dari Matematika. Namun demikian, dalam pembahasan ini saya ingin membedakannya, walaupun dalam hal sehari-hari saya tidak melakukannya. Tujuan saya membedakannya tidak lain adalah berkaitan dengan tujuan tulisan ini dibuat, yaitu mengungkapkan gagasan saya atau lebih tepatnya adalah rasa penasaran saya.
Dalam tulisan ini saya mengatakan Matematika sebagaimana yang dikenal selama ini hanya saja tanpa mengikutsertakan Geometri. Dalam kalimat tersebut, terkandung bahwa Matematika adalah sebuah kumpulan teorema dan proposisi yang dihasilkan dari logika manusia. Hal ini juga berarti bahwa saat ini kita tidak mempertimbangkan aspek aplikatif dari matematika pada kehidupan manusia. Dengan kata lain kita hanya mempertimbangkan sebagai matematika sebagai kajian logika.
Geometri, yang sering dikaitkan dengan bangun ruang dan datar, dalam tulisan ini tidak sedemikian sederhana maksudnya, walaupun bangun ruang dan datar termasuk dalam Geometri. Geometri yang saya maksud adalah konsep Matematika yang memiliki aspek visual penerapan yang cukup jelas. Saya katakan cukup karena memang tidak ada batasan yang jelas. Sebagai contoh, adalah perhitungan dalam ruang, sistem persamaan linear, vektor, dan masih banyak lagi. Untuk membedakan dengan Matematika, Geometri lebih memandang aspek visualnya sedangkan Matematika lebih memandang metode proposisinya.
Istilah ketiga adalah Realitas Fisik. Yang saya maksud dengan istilah ini adalah realitas di mana hukum fisika menjadi dasar yang mengatur terjadinya setiap fenomena. Untuk lebih komunikatif, Realitas Fisik menjawab pertanyaan “apa yang sebenarnya terjadi pada alam semesta ini?”. Saya menyebut Fisik untuk mengatakan bahwa ini tidak ada hubungannya dengan sesuatu yang tidak mematuhi hukum Fisika seperti malaikat, iblis, dan lain sebagainya. Realitas Fisik juga memuat realitas yang belum terjelaskan dengan hukum fisika saat ini, namun (mungkin) dapat dijelaskan dengan hukum fisika di masa depan.
Dari ketiga hal yang telah saya uraikan di atas, saya selalu merasa bahwa ketiganya memiliki hubungan yang sangat indah. Ketiganya menunjukkan sesuatu yang sebenarnya juga belum saya pahami dengan gamblang. Namun demikian, hubungan tersebut terasa ketika saya mengatakan bahwa alam semesta ini hanyalah soal matematis. Tak hanya mengatakannya, saya juga merasa tidak ada alasan untuk tidak mengakui bahwa hal itu benar, walaupun saya memang selalu berusaha berpikiran terbuka dan selalu membuka lebar pikiran ini terhadap hal-hal yang sangat tidak wajar sekalipun.
Dengan beberapa sudut pandang yang berlainan, Realitas Fisik dapat dijelaskan dengan hukum fisika dalam bentuk Matematika. Dalam hubungannya tentu saja Geometri berperan. Yang menjadi pokok pertanyaan bukanlah bagaimana hubungan tersebut, namun bagaimana bisa hal tersebut terhubung. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan berkaitan dengan pertanyaan tersebut. Kita mulai mencoba untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pertama, saya anggap bahwa Matematika adalah hasil dari pikiran manusia, dan Realitas Fisik jelaslah bukan dari pikiran manusia. Hal ini tentu saja dapat dilihat secara mudah. Namun demikian, jika demikian yang terjadi, maka Realitas Fisik berjalan sejalan dengan pikiran manusia, yang mana itu akan terdengar sangat asing. Dari sudut pandang jawaban ini Matematika merupakan landasan Geometri karena Matematika dan Realitas Fisik merupakan sesuatu yang terpisah dan dihubungkan dengan Geometri. Jika saya menyebut Matematika sebagai Realitas Matematis, maka Realitas Matematis terpisah dengan Realitas Fisik.
Kedua, sebagai alternatif, Matematika bukanlah hasil dari pikiran manusia melainkan dari Realitas Fisik itu sendiri. Manusia secara tidak langsung mengamati fenomena-fenomena akibat Realitas Fisik dan merumuskannya dalam proposisi-proposisi yang kemudian diolah dengan logika manusia menghasilkan proposisi-proposisi yang lebih banyak dan membentuk Matematika. Dalam sudut pandang ini, jika saya menyebut Matematika adalah Realitas Matematis, maka Realitas Matematis hanyalah bagian dari Realitas Fisik. Yang mana berarti bahwa hanya ada satu realitas yaitu Realitas Fisik. Dengan kata lain, Geometri merupakan awal mula dari Matematika atau Matematika diawali dengan Geometri. Hal yang mencengangkan adalah bahwa tidak sedikit konsep fisika yang ditemukan setelah konsep Matematika.
Ketiga, Matematika merupakan hasil pikiran manusia dan Realitas Fisik adalah hasil pikiran manusia juga. Hal ini cukup masuk akal. Realitas Fisik, dapat dijelaskan, merupakan bagian dari suatu realitas yang mungkin sekali sangat acak yang kemudian dalam kondisi-kondisi tertentu yang sangat terbatas memiliki pola-pola lokal yang kemudian ditangkap manusia sebagai hukum fisika. Hal ini berarti bahwa Realitas Fisik yang kita bahas merupakan realitas yang hanya bisa dimengerti dengan logika saja atau diterjemahkan dalam hukum fisika atau dalam bahasa Matematika.
Dari ketiga alternatif jawaban di atas, jawaban yang paling saya tidak sukai adalah jawaban pertama. Tentu saja ini tidak berarti bahwa jawaban yang pertama adalah jawaban yang salah. Ini hanya masalah suka dan tidak suka. Dari ketiga alternatif di atas, tentu saja hanya ada satu jawaban yang benar atau setidaknya paling mendekati benar. Saya tidak akan memberikan jawaban yang benar karena saya sendiri juga tidak tahu. Tulisan ini sekedar mengungkapkan sebagian rasa penasaran saya mengenai bagaimana manusia memahami alam semesta. Mungkin saja evolusi mengubah otak manusia dari otak yang hanya mengatur pergerakan dan memenuhi rasa lapar menjadi otak yang dapat menyusun strategi dan memahami alam semesta. Jika memang demikian, bagaimana jalannya evolusi tersebut? Itu pasti proses yang mengagumkan (setidaknya untuk saya pribadi).
Sebagai penutup saya ingin menyampaikan beberapa pertanyaan lanjutan. Jika kita tidak dapat memahami bagaimana manusia berpikir, yang mana menurut saya itu berarti kita tidak bisa memahami asal mula manusia karena pikiran adalah poin terpenting dari manusia, lalu bagaimana kita bisa menyadari apa yang kita lakukan sebagai manusia. Dan bukankah melakukan suatu hal tanpa disadari itu adalah pekerjaan orang tidur. Saya katakan demikian bukan untuk menceramahi namun hanya untuk menyampaikan bahwa tulisan ini bukan untuk orang yang sering berkata “kenapa kita harus mikir ini dan itu, harus tahu ini dan itu, kenapa kita tidak hidup biasa sehari-hari sebagaimana lazimnya?”. Bagi saya pikiran ini adalah milik saya pribadi.